Menyambut hari raya Imlek biasanya tiap keluarga membersihkan rumah terutama pada bagian dapur karena dapur merupakan bagian dari rumah yang berjasa dalam memberi kehidupan rumah tangga. Orang tua menyiapkan pakaian baru untuk anak-anaknya dan juga untuk pembantu, sopir dan pekerja lainnya di rumah.
Menyiapkan makanan, kue, kolang-kaling, agar-agar, manisan, lauk pauk, daging, ikan bandeng dan buah-buahan termasuk kue Cina atau kue keranjang. Kue ini biasanya dikirim juga kepada orang tua, mertua, paman atau orang yang dituakan sebagai rasa hormat.
Tiga hari sebelum hari raya Imlek, didaerah pemukiman masyarakat Tionghoa biasanya diadakan pasar malam, dimana diperjual belikan keperluan hari raya baik untuk sembahyang maupun makan.
Rumah tangga tidak menyapu didalam rumah, maknanya agar rejeki tidak terbuang, juga mempunyai makna walaupun hanya sapu tetap perlu istirahat satu hari dalam satu tahun. Apabila terpaksa harus menyapu, maka sampahnya tidak dibuang sampai hari kedua Imlek.
Tepat hari raya Imlek semua berpakaian baru dan rapi, anak-anak memberi hormat dengan cara adat Tionghoa (pai-pai) pada orang tua, kakek, nenek, kemudian pada kakaknya dengan ucapan selamat panjang umur, murah rejeki dan lain-lain. Pembantu dan pekerja di rumah juga mengucapkan selamat pada majikannya, orang tua memberi angpau (hong bau) pada anak-anak dan pada pekerja di rumah, kepada anak-anak didoakan dan diberi nasehat agar rajin belajar, pandai, enteng jodoh dan lain-lain.
Selanjutnya makananpun dihidangkan, setelah selesai makan maka keluarga menuju ke rumah orang tua atau orang yang dituakan untuk menyampaikan ucapan selamat. Makanan, kue-kue kecil, agar-agar, manisan dan lain-lain disiapkan dimeja untuk menjamu tamu yang datang berkunjung. Makanan yang dihidangkan masing-masing mempunyai maknanya antara lain : buah atep ( kolang kaling ) agar kehidupan mantep, manisan cerme agar tokonya reme, agar-agar berbentuk bintang agar rejeki dan kariernya terang seperti bintang, kue keranjang berarti tidak kekurangan sesuatu dan apabila tamu tersebut membawa anak, maka anak tersebut diberi angpau (hong bao) juga.
Sambung....3 habis
Tiga hari sebelum hari raya Imlek, didaerah pemukiman masyarakat Tionghoa biasanya diadakan pasar malam, dimana diperjual belikan keperluan hari raya baik untuk sembahyang maupun makan.
Rumah tangga tidak menyapu didalam rumah, maknanya agar rejeki tidak terbuang, juga mempunyai makna walaupun hanya sapu tetap perlu istirahat satu hari dalam satu tahun. Apabila terpaksa harus menyapu, maka sampahnya tidak dibuang sampai hari kedua Imlek.
Tepat hari raya Imlek semua berpakaian baru dan rapi, anak-anak memberi hormat dengan cara adat Tionghoa (pai-pai) pada orang tua, kakek, nenek, kemudian pada kakaknya dengan ucapan selamat panjang umur, murah rejeki dan lain-lain. Pembantu dan pekerja di rumah juga mengucapkan selamat pada majikannya, orang tua memberi angpau (hong bau) pada anak-anak dan pada pekerja di rumah, kepada anak-anak didoakan dan diberi nasehat agar rajin belajar, pandai, enteng jodoh dan lain-lain.
Selanjutnya makananpun dihidangkan, setelah selesai makan maka keluarga menuju ke rumah orang tua atau orang yang dituakan untuk menyampaikan ucapan selamat. Makanan, kue-kue kecil, agar-agar, manisan dan lain-lain disiapkan dimeja untuk menjamu tamu yang datang berkunjung. Makanan yang dihidangkan masing-masing mempunyai maknanya antara lain : buah atep ( kolang kaling ) agar kehidupan mantep, manisan cerme agar tokonya reme, agar-agar berbentuk bintang agar rejeki dan kariernya terang seperti bintang, kue keranjang berarti tidak kekurangan sesuatu dan apabila tamu tersebut membawa anak, maka anak tersebut diberi angpau (hong bao) juga.
Sambung....3 habis