Jumat, April 25, 2014

Kesaksian Seorang Wanita Yang Menjadi Korban Pemerkosaan Masal Saat Insiden Mei 1998

Kisah Sedih Seorang Wanita Tionghoa Yang Jadi Korban Pemerkosaan Masal Saat Insiden Mei 1998. Siapa Yang Mesti Bertanggung Jawab Dalam Peristiwa 98 Ini,?

Semoga Kasus Tragedi 98 Tidak Terulang Kembali di Bumi Nusantara Indonesia dan Semoga Para Korban Mendapatkan Tempat Yang Layak Di Sisi Tuhan Yang Maha Esa, Serta Korban Yang Mendapatkan Perilaku Tak Terpuji Mendapatkan Hukuman Setimpal Yang Sang Pencipta Alam Semesta.
Berikut ini adalah: Kesaksian Seorang wanita yang menjadi korban pemerkosaan bernama Vivian (mungkin bukan nama sebenernya), tahun ini 18 tahun, saya mempunyai satu adik perempuan dan satu adik laki-laki, tinggal di apartemen rumah susun. Tanggal 14 Mei 1998, jam 9.15 pagi, segerombolan orang datang ke rumah susun kita dan berteriak: “Kami mau membunuh orang Cina”, “Kami mau memakan babi” !!!

Kami sekeluarga tinggal di lantai 7. Orang yang tinggal di lantai 3 kasih tau ke kita kalo orang-orang itu sudah sampai ke lantai 2, mereka cepat sekali naik ke atas, dan kita pun dibuat ketakutan. Kemudian kita semua keluar kamar dan naik ke lantai yang paling atas. sama sekali tidak bisa turun untuk melarikan diri. Kita bersama teman-teman yang lain lari sampai lantai 15, tidak lama kemudian, waktu kita bersembunyi dalam kamar, orang-orang tersebut sudah keluar dari lift, kita cepat-cepat masuk kamar dan menutup pintunya, hanya bisa mendengar suara pintu yang didobrak, kemudian terdengar tangisan wanita dan anak-anak kecil berteriak, kita sudah merasa orang-orang tersebut akan mencoba masuk ke kamar kita, jadi kita bersembunyi di bawah ranjang. Kemudian kita mendengar anak kecil berumur sekitar 10 sampai 12 tahun menangis sambil berteriak, “ma.. ma.. ma.. sakit sekali”, pada saat itu saya belum mengerti bahwa anak kecil itu sudah diperkosa.

Sekitar setengah jam kemudian, tidak terdengar suara lagi, dan kami pun tidak begitu takut lagi, kemudian kita mencoba keluar untuk melihat-lihat, apa yang saya lihat begitu menyakitkan, banyak sekali perempuan yang terbaring di lantai, beberapa masih anak kecil, “ya Tuhan, apa yang sudah terjadi?”, ketika melihat apa yang ada di depan mata kita, kita pun mulai menangis, adik saya Fenny menangis dan dengan erat memeluk papa saya, saya juga mulai menangis, bersama dengan teman-teman yang bersembunyi, kita turun tangga, sampai ke lantai 10, kita mendengar ada orang yang berteriak minta tolong, kita bergegas turun untuk melihat, apa yang kita lihat adalah 4 pria sedang memperkosa seorang perempuan berumur sekitar 20 tahun, kami baru menyadari bahwa kita pun berhadapan dengan bahaya, kita langsung terburu-buru naik ke atas lagi, tetapi ternyata orang-orang itu sudah menarik dan menahan Fenny, kita mau menolongnya tetapi tidak ada cara, orang-orang itu kira-kira berjumlah 60 orang, mereka menggunakan suatu alat untuk menahan saya, papa mama, Donny, paman Dodi dan istrinya, mereka membawa kita masuk ke dalam kamar. Paman Dodi menanyakan mereka “apa yang sebenarnya kalian inginkan?”, tetapi tidak ada orang yang mempedulikannya. mereka kelihatan beringas, dan ada satu yang memegang Fenny, dan hendak melakukan sesuatu, kemudian saya berteriak, tetapi ada satu orang yang memukul saya, papa saya juga dipukul sampai pingsan dengan kayu, sedangkan mama sudah pingsan waktu Fenny disetubuhi. Saya hanya bisa pasrah.

Paman Dodi mencoba untuk menawarkan uang tunai kepada mereka, tetapi tidak berguna, kemudian ada 5 orang memperkosa Fenny, sebelum memperkosa, masing-masing orang meneriakkan: “Allahu Akbar” , yang biasanya digunakan oleh umat muslim saat berdoa, yang artinya: “Tuhan Yang Maha Kuasa”. Kemudian sekitar 9 orang menarik dan melempar saya keluar, saya juga melihat tante Vera ditarik dan dilempar keluar, tetapi saya menjadi pingsan, segala sesuatu menjadi putih. Sekitar jam 5 sampai 6 sore, ketika saya siuman, kepala saya sakit karena dipukul, dan tidak ada satupun yang melekat di tubuh saya. Kemudian saya menangis, dan melihat keluarga saya masih ada, papa saya memeluk mama dan adik laki-laki saya, paman Dodi memeluk istrinya yang kesakitan.

Pada hari kedua, saya dibawa ke RS Pluit, papa dan mama saya berada di samping saya, saya sambil menahan sakit, bertanya “ma, Fenny mana, ma?”, saya merasakan sesuatu yang sangat menyedihkan, mama saya langsung menangis, sepatah kata pun tidak bisa diucapkan, papa saya menahan air matanya dan tersenyum pahit kepada saya. Empat hari kemudian, suasana hati saya sudah baikan, papa saya mengatakan dengan hati-hati kepada saya, pada saat itu ketika saya pingsan, ada 7 orang yang memperkosa saya, ayah saya sudah mencoba melawan, tetapi mereka terus memperkosa saya. Kemudian, mama dengan hati yang sangat sakit berkata: “Vivian, Fenny sudah meninggal.”, seketika itu juga saya langsung menangis, “pa, kenapaaaaa??”, papa tidak bisa jawab pertanyaanku itu. Dia menyuruh saya untuk beristirahat dan dia pun berjalan keluar. Saya tidak berhentinya menangis, saya sudah tidak punya harga diri lagi.

Satu minggu telah berlalu, setelah saya keluar dari RS, baru memahami apa yang sudah terjadi. Fenny, waktu diperkosa, terus menerus memberontak, dan orang-orang itu pun terus memukulnya, sampai satu saat Fenny memukul seseorang dari mereka, dan orang itu langsung mengambil sebilah pisau dan menusukkannya ke perut Fenny, tusukan demi tusukan, keluar masuk, sampai akhirnya tubuh Fenny bersimbah darah dan mati. Papa memberitahu saya, Paman Dodi juga melihat istrinya sendiri diperkosa, “Ya Tuhan! Mengapa bisa terjadi hal seperti ini? Tuhan ada dimana? Apakah Tuhan masih hidup?” Tante saya, Vera, sekarang tinggal bersama papa mamanya. Saya dan mama saya selalu menangis, karena mimpi buruk ini tak pernah akan bisa saya lupakan sampai mati.

Teman-teman Tionghua yang terkasih, mari kita bersama-sama mengirimkan cerita ini ke teman-teman Tionghoa yang lain, sebagai peringatan kita akan tanggal 13 – 15 Mei di Indonesia yang menggugah rasa kesamaan. banyak sekali warga keturunan Tionghoa yang diperkosa dan dibunuh, rumah dan toko mereka dijarah dan dibakar. Ada pula yang terus menerus trauma dan berdiam di rumah. Saat itu selain diperkosa, mereka juga dibakar hidup-hidup, tetapi, tidak ada satupun yang melakukan pembelaan terhadap mereka, dan masih banyak yang tidak merasa prihatin ataupun mengetahui kejadian ini. Dukunglah kekuatan warga keturunan Tionghoa yang menolak kekerasan, Beritahukan ke semua orang di seluruh dunia bahwa kita prihatin akan hal ini, dan semakin kita bersatu, semakin kuat kekuatan kita.

Sekian.

http://www.galau.biz/2014/01/kesaksian-seorang-wanita-yg-menjadi-korban-pemerkosaan-masal-saat-insiden-mei-1998.html