JAMBI, ayojambi.com – Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien, Jumat (12/2-2016 pagi, melakukan ritual Po Un (kias) 保運 untuk memohon Berkah dan Keselamatan, prosesi Po Un dilakukan selama 3 hari dipimpin oleh Lim Tek Chong Taoshe “中國道士林澤宗”dari Tiongkok di Jalan Koni, Rt 2, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi [Lihat Foto: Prosesi Po Un di Pinpim oleh Lim Tek Chong Taushe dari Tiongkok].
Perayaan imlek bagi umat Khonghucu di Kota Jambi tidak hanya bermakna kebahagiaan. Tetapi yang terpenting adalah, bagaimana umat Khonghucu meningkatkan ketaatan kepada sang pencipta.
Melalui salah satunya ritual Po Un, ritual keagamaan yang rutin dilaksanakan setiap tahun di MAKIN Sai Che Tien Jambi “印尼占碑省獅仔殿廟宇”. Dimulai empat hari pasca Imlek hingga menjelang Cap Go Meh mendatang.
Po Un bagi umat Khonghucu merupakan sebuah upacara metolak balak. Bagi Umat Khonghucu, selain sebagai bentuk ke taatan kepada sang pencipta. Ritual ini juga diyakini mampu menghindarkan seseorang dari balak di tahun Monyet (ciong).
Seperti terlihat pada Jumat (12/2) pagi di Kelenteng Sei Che Tien. Sejak pukul 09.00 WIB, puluhan umat terlihat khusuk mengikuti proses Po Un yang dipimpin oleh Lim Tek Chong Taoshe dari Tiongkok dengan doa-doa yang dipanjatkan di depan altar para suci Hok Hie Tee Shien (Nabi Fu Xi 伏羲).
Hasil pantauan di lapangan, setiap umat Khonghucu yang ikut prosesi “Po Un” wajib membawa pakaian sehari-hari, sedangan sesajian lain telah dipersiapkan oleh pihak kelenteng (panitia po un), seperti Mie Sua, Ketan Merah (Wajik), Telor Merah, Kim Cua (kertas sembahyang), bentuk gambar terbuat dari kertas diantaranya kepala keluarga, istri dan anak laki-laki maupun perempuan. Setiap peserta Po Un mengikuti Taoshe mengeliling dupikat jembatan sebanyak 12 kali dengan membawa sesajian, sedangkan sesajian seperti Mie Sua, Ketan Merah (Wajik), Telor Merah sebagai simbol panjang umur. baju yang distempel ini nantinya akan dipakai selama 3 hari berturut.
Menurut Rohaniwan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) klenteng “Sai Che Tien”, The Lien Teng 鄭連丁, bahwa “Ritual ini bertujuan untuk meminta keselamatan dengan membawa pakaian yang akan digunakan oleh umat Khonghucu tersebut”.
Tambah The Lien Teng, “Po Un adalah salah satu tradisi yang telah mendarah daging dikalangan umat Khonghucu di China. Maka, bagi warga yang beragama Khonghucu selalu menggelar ritual tersebut di kelenteng-kelenteng setiap tahun”. katanya.
Bahwa ritual tersebut sudah dilakukan sejak ribuan tahun silam (sebelum masehi) oleh umat Khonghucu di China, “Hanya dilakukan oleh agama Khonghucu”. Sehingga untuk mempertahankan ritual tersebut, sampai saat ini warga Tionghoa tetap menggelar acara tersebut. Mereka percaya bahwa setiap orang yang lahir memiliki chiong/ kias dari masing-masing shio. Maka chiong inilah yang harus dicocokkan dengan shio setiap orang dan shio setiap tahunnya, tahun ini adalah shio Monyet Api yang chiong dengan shio berat dengan Harimau Putih, dan Anjing, Babi, Naga, Kerinci dan Tikus.
Dalam tradisi Tionghoa kuno dikenal sebuah upacara Po Un. Banyak kalangan salah tafsir dikira sama dengan Ci Suak. Padahal dua hal yang berbeda sama sekali. Po = menambah, Un = Un Gie = energi (menambah energi). Karena itu mestinya dilakukan hanya pada orang yang habis kena jiong (sengkala). (Romy)
* www.ayojambi.com/
Melalui salah satunya ritual Po Un, ritual keagamaan yang rutin dilaksanakan setiap tahun di MAKIN Sai Che Tien Jambi “印尼占碑省獅仔殿廟宇”. Dimulai empat hari pasca Imlek hingga menjelang Cap Go Meh mendatang.
Po Un bagi umat Khonghucu merupakan sebuah upacara metolak balak. Bagi Umat Khonghucu, selain sebagai bentuk ke taatan kepada sang pencipta. Ritual ini juga diyakini mampu menghindarkan seseorang dari balak di tahun Monyet (ciong).
Seperti terlihat pada Jumat (12/2) pagi di Kelenteng Sei Che Tien. Sejak pukul 09.00 WIB, puluhan umat terlihat khusuk mengikuti proses Po Un yang dipimpin oleh Lim Tek Chong Taoshe dari Tiongkok dengan doa-doa yang dipanjatkan di depan altar para suci Hok Hie Tee Shien (Nabi Fu Xi 伏羲).
Hasil pantauan di lapangan, setiap umat Khonghucu yang ikut prosesi “Po Un” wajib membawa pakaian sehari-hari, sedangan sesajian lain telah dipersiapkan oleh pihak kelenteng (panitia po un), seperti Mie Sua, Ketan Merah (Wajik), Telor Merah, Kim Cua (kertas sembahyang), bentuk gambar terbuat dari kertas diantaranya kepala keluarga, istri dan anak laki-laki maupun perempuan. Setiap peserta Po Un mengikuti Taoshe mengeliling dupikat jembatan sebanyak 12 kali dengan membawa sesajian, sedangkan sesajian seperti Mie Sua, Ketan Merah (Wajik), Telor Merah sebagai simbol panjang umur. baju yang distempel ini nantinya akan dipakai selama 3 hari berturut.
Menurut Rohaniwan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) klenteng “Sai Che Tien”, The Lien Teng 鄭連丁, bahwa “Ritual ini bertujuan untuk meminta keselamatan dengan membawa pakaian yang akan digunakan oleh umat Khonghucu tersebut”.
Tambah The Lien Teng, “Po Un adalah salah satu tradisi yang telah mendarah daging dikalangan umat Khonghucu di China. Maka, bagi warga yang beragama Khonghucu selalu menggelar ritual tersebut di kelenteng-kelenteng setiap tahun”. katanya.
Bahwa ritual tersebut sudah dilakukan sejak ribuan tahun silam (sebelum masehi) oleh umat Khonghucu di China, “Hanya dilakukan oleh agama Khonghucu”. Sehingga untuk mempertahankan ritual tersebut, sampai saat ini warga Tionghoa tetap menggelar acara tersebut. Mereka percaya bahwa setiap orang yang lahir memiliki chiong/ kias dari masing-masing shio. Maka chiong inilah yang harus dicocokkan dengan shio setiap orang dan shio setiap tahunnya, tahun ini adalah shio Monyet Api yang chiong dengan shio berat dengan Harimau Putih, dan Anjing, Babi, Naga, Kerinci dan Tikus.
Dalam tradisi Tionghoa kuno dikenal sebuah upacara Po Un. Banyak kalangan salah tafsir dikira sama dengan Ci Suak. Padahal dua hal yang berbeda sama sekali. Po = menambah, Un = Un Gie = energi (menambah energi). Karena itu mestinya dilakukan hanya pada orang yang habis kena jiong (sengkala). (Romy)
* www.ayojambi.com/