Namun, perayaan Imlek kali ini cukup spesial untuk umat Konghucu di Kelenteng Leng Chun Keng. Mengingat perayaan imlek dan pergantian tahun baru monyet api baru pertama kali akan dilaksanakan sejak diresmikan November 2015 lalu.
Kelenteng Leng Chun Keng berlokasi di lorong Koni I, Rt 03 no 04, Kelurahan Talang Jauh, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi termasuk kelenteng yang baru berdiri.
Kelenteng yang kini berdiri megah awalnya di bangun di tahun 2012, dan baru rampung pembangunannya pada November lalu.
Ornamen yang ada di kelenteng ini dibangun dengan rancangan khusus agar menghadirkan nuansa etnis Tionghoa. Ini terlihat dari tiang penyangga yang dihiasi ornamen naga melingkar tanpa cat.
Sementara di bagian dindingnya dihiasi dengan berbagai lukisan khas gambar dewa hingga sio tahun dengan latar belajang awan putih.
Bangunan tembok pagar didominasi warna merah bata, di bagian atas tampak berjejer lampion merah yang membuat bangunan ini kian semarak.
Di bagian depan pintu masuk ruangan sembahyang tampak terpasang meja altar, disertai perlengkapan ibadah. Di sisi kiri dan kanannya tampak berjejer lilin besar warna merah disertai gambar naga.
Di depan pintu masuk terdapat ukiran dua dewa penjaga pintu yang ditutupi kaca. Saat masuk ke ruang ibadah Anda akan disajikan ruangan yang penuh ukiran didominasi warna merah.
Tepat di atas altar yang paling tinggi tampak patung dewa perang Che Liong Kong dengan warna keemasan yang memancarkan wibawa.
Di sisi kanan terdapat patung dewa Hien Thien Siong Tee dan Dewa Bumi (Tua Pe Kong). Di sisi kanan ada dua patung dewa yakni dewa Kong Tek Cun Ong serta Fewi Kwan Im Pho Sat.
Di bagian dinding hingga langit-langit terdapat gambar naga serta lukisan khas para dewa. Keramik dengan lukisan khas di dinding sengaja didatangkan dari negri tirai bambu.
Lim Kok Kiong, pengurus kelenteng mengatakan, bangunan megah kelenteng Leng Chun Keng dibangun atas donasi dari umat Konghucu.
Kelenteng Leng Chun Keng mampu memfasilitasi sekitar tiga ribu umat untuk melaksanakan ibadah di hari imlek.
Untuk merampungkan proses pembangunannya terbilang cukup lama, setidaknya butuh tiga tahun untuk menjadikannya sebagai salah satu kelenteng megah yang ada di Kota Jambi.
Apa lagi ornamen yang ada di Kelenteng sebagian besarnya didatangkan dari RRC. Bahkan untuk mendirikan bangunan yang benar-benar mirip dengan nuansa di China, pengurus kelenteng sengaja mendatangkan seniman ukir dari negeri tirai bambu.
"Semua, mulai dari ornamen, patung dewa, keramik hias kita datangkan dari sana biar benar-benar dapat nuansanya, umat yang sembahyang bisa kusyuk," kata Akiong ditemui Tribun di lokasi, Jumat (5/1/2016) sore.
"Memang agak lama, sekitar tiga tahun, karena sempat terkendala waktu mau diimpor ornamennya. Lama disitu," kata Akiong.
Bangunan Kelenteng ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi umat Konghucu untuk mendekatkan diri pada sangpenciptanya. Sejak di resmikan di akhir tahun 2015 lalu Kelenteng Leng Chun Keng cukup ramai didatangi.
Bahkan tak hanya untuk kegiatan ibadah. Ada juga yang hanya sekedar untuk berfoto ria oleh warga sekitar yang melintas di sana.
Akiong mengatakan, menjelang imlek, bangunan kelenteng memang dibuka untuk umum. Terutama menjelang perayaan imlek di Jambi. Diharapkan, dengan begitu kemeriahan imlek dan Gong Xi Fat Chai bisa turut dirasakan masyarakat umum.
Bangunan Kelenteng ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi umat Konghucu untuk mendekatkan diri pada sangpenciptanya. Sejak di resmikan di akhir tahun 2015 lalu Kelenteng Leng Chun Keng cukup ramai didatangi.
Bahkan tak hanya untuk kegiatan ibadah. Ada juga yang hanya sekedar untuk berfoto ria oleh warga sekitar yang melintas di sana.
Akiong mengatakan, menjelang imlek, bangunan kelenteng memang dibuka untuk umum. Terutama menjelang perayaan imlek di Jambi. Diharapkan, dengan begitu kemeriahan imlek dan Gong Xi Fat Chai bisa turut dirasakan masyarakat umum.
http://jambi.tribunnews.com/2016/02/05/galeri-foto-baru-rampung-dibangun-kelenteng-leng-chun-keng-langsung-jadi-tempat-selfie
Kelenteng yang kini berdiri megah awalnya di bangun di tahun 2012, dan baru rampung pembangunannya pada November lalu.
Ornamen yang ada di kelenteng ini dibangun dengan rancangan khusus agar menghadirkan nuansa etnis Tionghoa. Ini terlihat dari tiang penyangga yang dihiasi ornamen naga melingkar tanpa cat.
Sementara di bagian dindingnya dihiasi dengan berbagai lukisan khas gambar dewa hingga sio tahun dengan latar belajang awan putih.
Bangunan tembok pagar didominasi warna merah bata, di bagian atas tampak berjejer lampion merah yang membuat bangunan ini kian semarak.
Di bagian depan pintu masuk ruangan sembahyang tampak terpasang meja altar, disertai perlengkapan ibadah. Di sisi kiri dan kanannya tampak berjejer lilin besar warna merah disertai gambar naga.
Di depan pintu masuk terdapat ukiran dua dewa penjaga pintu yang ditutupi kaca. Saat masuk ke ruang ibadah Anda akan disajikan ruangan yang penuh ukiran didominasi warna merah.
Tepat di atas altar yang paling tinggi tampak patung dewa perang Che Liong Kong dengan warna keemasan yang memancarkan wibawa.
Di sisi kanan terdapat patung dewa Hien Thien Siong Tee dan Dewa Bumi (Tua Pe Kong). Di sisi kanan ada dua patung dewa yakni dewa Kong Tek Cun Ong serta Fewi Kwan Im Pho Sat.
Di bagian dinding hingga langit-langit terdapat gambar naga serta lukisan khas para dewa. Keramik dengan lukisan khas di dinding sengaja didatangkan dari negri tirai bambu.
Lim Kok Kiong, pengurus kelenteng mengatakan, bangunan megah kelenteng Leng Chun Keng dibangun atas donasi dari umat Konghucu.
Kelenteng Leng Chun Keng mampu memfasilitasi sekitar tiga ribu umat untuk melaksanakan ibadah di hari imlek.
Untuk merampungkan proses pembangunannya terbilang cukup lama, setidaknya butuh tiga tahun untuk menjadikannya sebagai salah satu kelenteng megah yang ada di Kota Jambi.
Apa lagi ornamen yang ada di Kelenteng sebagian besarnya didatangkan dari RRC. Bahkan untuk mendirikan bangunan yang benar-benar mirip dengan nuansa di China, pengurus kelenteng sengaja mendatangkan seniman ukir dari negeri tirai bambu.
"Semua, mulai dari ornamen, patung dewa, keramik hias kita datangkan dari sana biar benar-benar dapat nuansanya, umat yang sembahyang bisa kusyuk," kata Akiong ditemui Tribun di lokasi, Jumat (5/1/2016) sore.
"Memang agak lama, sekitar tiga tahun, karena sempat terkendala waktu mau diimpor ornamennya. Lama disitu," kata Akiong.
Bangunan Kelenteng ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi umat Konghucu untuk mendekatkan diri pada sangpenciptanya. Sejak di resmikan di akhir tahun 2015 lalu Kelenteng Leng Chun Keng cukup ramai didatangi.
Bahkan tak hanya untuk kegiatan ibadah. Ada juga yang hanya sekedar untuk berfoto ria oleh warga sekitar yang melintas di sana.
Akiong mengatakan, menjelang imlek, bangunan kelenteng memang dibuka untuk umum. Terutama menjelang perayaan imlek di Jambi. Diharapkan, dengan begitu kemeriahan imlek dan Gong Xi Fat Chai bisa turut dirasakan masyarakat umum.
Bangunan Kelenteng ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi umat Konghucu untuk mendekatkan diri pada sangpenciptanya. Sejak di resmikan di akhir tahun 2015 lalu Kelenteng Leng Chun Keng cukup ramai didatangi.
Bahkan tak hanya untuk kegiatan ibadah. Ada juga yang hanya sekedar untuk berfoto ria oleh warga sekitar yang melintas di sana.
Akiong mengatakan, menjelang imlek, bangunan kelenteng memang dibuka untuk umum. Terutama menjelang perayaan imlek di Jambi. Diharapkan, dengan begitu kemeriahan imlek dan Gong Xi Fat Chai bisa turut dirasakan masyarakat umum.
http://jambi.tribunnews.com/2016/02/05/galeri-foto-baru-rampung-dibangun-kelenteng-leng-chun-keng-langsung-jadi-tempat-selfie