Sabtu, November 21, 2015

Mengenang Lie Tiong Lam Berpulang Kepangkuan Sang Khalik

JAMBI, ayojambi,com - Keluarga besar Lie Tiong Lam/  Ramli (李中南) hari Jumat (20/11) mengadakan acara mengenang almarhum Lie Tiong Lam berpulang kepangkuan Sang Khalik. Meski beliau telah tiada, namun cita-cita almarhum tidak pupus seketika. Cita-cita luhur diteruskan  kepada sang anak sulung, yaitu Zikif Effendy Lie (李鴻章) yang kini menjabat Ketua Kelenteng Hok Kheng Tong Jambi 福慶堂主席 [Lihat Foto: Memperingati Kepergian Tokoh Masyarakat Jambi Lie Tiong Lam]
Almarhum Lie Tiong Lam (李中南) dikenal sebagai sesepuh masyarakat Tionghoa di Jambi dan juga sebagai Ketua Pembina Perkumpulan Aneka Kesejahteraan (ANKE) Jambi.

Lie Tiong Lam yang dihormati siapapun serta dikenal oleh berbagai golongan dari kelas bawah hingga pejabat negara, beliau wafat di Gleneagles Hospital Singapore dalam usia 91 tahun dan di kebumikan di Pemakaman Bumi Langgeng, KM 12 Pondok Meja, Muaro Jambi.

Lie Tiong Lam (Ramli) meniggalkan seorang istri, dan 6 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan. Boleh dibilang almarhum adalah orang yang paling bahagia, lantaran anak-anak sudah pada dewasa dan bisa mandiri serta memiliki 6 cucu dalam dan 4 cucu luar.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, keluarga almarhum membakar Replika rumah-rumahan (灵厝) yang terbuat dari bahan bambu, karton, kertas warna warni, pernak pernik lukisan serta segala perlengkapan isi rumah tangga, dan dayang-dayang. “Membakar rumah-rumahan berikut segala isi ini untuk dikirim kepada almarhum Lie Tiong Lam.” Pengiriman replika rumah-rumahan (灵厝) merupakan salah satu tradisi warga Tionghoa sejak ribuan tahun silam hingga kini masih dipertahankan sebagian masyarakat Tionghoa.

Selain itu, mereka juga mengirim perlengkapan lainya, seperti, sabun mandi/ sabun cuci, handuk, pakaian, sepatu, minyak sayur, garam, beras sebagai syarat untuk orangtua mereka pergunakan di alam baka, tidak ketinggalan beberapa dayang/ pembantu rumah tangga untuk membantu orangtua mereka di alam baka.

Serta ada dua jenis kertas yang digunakan dalam tradisi ini, yaitu kertas yang bagian tengahnya berwarna keemasan (Kim Cua) dan kertas yang bagian tengahnya berwarna keperakan (Gin Cua). Menurut kebiasaan-nya Kim Cua (Kertas Emas) digunakan untuk upacara sembahyang kepada dewa-dewa, sedangkan Gin Cua (Kertas Perak) untuk upacara sembahyang kepada para leluhur dan arwah-arwah orang yang sudah meninggal dunia. Bahwa dengan membakar kertas emas dan perak itu berarti mereka telah memberikan kepingan uang emas dan uang perak kepada para dewa atau leluhur mereka; sebagaimana diketahui kepingan emas dan perak adalah mata uang yang berlaku pada jaman Tiongkok kuno.

Semua bahan diletakan didalam rumah-rumahan, setelah itu anak laki-laki melakukan sembahyang dengan mengundang roh/ arwah orangtua mereka untuk dapat menempati rumah-rumahan yang dibeli oleh anak-anak lekaki, seusai itu baru rumah-rumahan dibakar.

Upacara sembahyang mengenang Lie Tiong Lam dipimpin oleh Lim Tek Chong Taoshe dari Tiongkok (China) 中国道士林泽宗. Tidak lupa keluarga besar almarhum membawa berbagai sajian kesukaan almarhum Lie Tiong Lam. (Romy)