Rabu, April 28, 2010

Buku Karya Taslim Moe

JAMBI - Penjara hal yang menakutkan akan berakhir segalanya. Seperti sosok Taslim Moe, tersandung dalam tindak pidana perbankan yang harus menjalani hukuman 14 tahun dibalik jeruji Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Jambi.

Ternyata dibalik tembok yang kokoh, Taslim menuliskan pengalamannya yang dituang dalam sebuah buku yang brjudul “Ketika Penjara Tak Lagi Terelakkan” buku karya Taslim yang dipamerkan pada acara HUT Lapas.

Taslim Moe adalah terpidana 14 tahun penjara kasus perbankan senilai Rp 610 miliar. PT Indonex Mitra Globalindo itu telah menjalani masa tahanan selama 4,5 tahun. Kini dia tinggal menjalani sisa harinya dengan berbagai aktivitas, seperti membantu di bagian administrasi Lapas, menjadi khatib, guru, dan motivator dalam membina warga.

“Saya ini penulis pemula, tidak banyak berharap penghasilan. Saya sangat bersyukur kalau buku ini bisa diterima di masyarakat dan bisa menjadi pencerahan. Ini (buku) adalah kejujuran saya,” tutur Taslim.

Ini sekilas riwayat Taslim Moe:
Taslim Moe, dilahirkan di sebuah desa kecil bernama Puti Ramuih yang terletak di kaki gunung merapi Sumatera Barat, Taslim menghabiskan masa kecilnya sampai Seekolah Menengah di kota “Jam Gadang” Bukittinggi, kemudian melanjutkan pendidikan program studi Matematika di sebuah Perguruan Tinggi Bandung.

Pengetahuan manajemen, diperoleh dari sebuah Universitas di Maeseille. Beliau pernah berkarir sebagai profesional pada perusahaan pertambangan, perbankan dan asuransi.

Ia merintis usaha dengan membuka Lembaga Pelatihan Bahasa Asing, kemudian berkembang menjadi perusahaan jasa Konsultan Manajemen, selanjutnya, melebarkan sayap pada pengadaan kendaraan dan safety equipment bagi industri minyak dan gas.

Masalah hukum mulai menghampirinya, ketika strateginya mengembangkan usaha dengan modal hasil perkongsian dengan sejumlah orang, ternyata berbuah manis. Return dari bisnisnya tak semoncer angka di atas kertas. Akibatnya, perusahanyapun bangkrut dan kewajiban kepada penyandang modal tidakdapat ia penuhi.

Sehingga beliaupun akhirnya harus mendekam di sel Lapas. Kini sebagian dari hari-harinya dipenjara, namun dia gunakan waktu untuk menulis buku. Hasil karya Taslim Moe yang berjudul “Ketika penjara tak lagi terelakan” sukses beredar diluar Jambi, kini Taslim sedang mengarap karya keduanya “Berkunjung ke Penjara, Hari-hari Menjelang Eksekusi Mati dan Anakku, Bila Kelak Engkau Menjadi Penegak Hukum.” Semua karya Taslim Moe segera terbit untuk menemui pembaca. (rom)