Minggu, Juni 28, 2009

Melatih Menjadi Bhikkhu


JAMBI
– Sejak beberapa hari Vihara tertua di kota Jambi, ramai dikunjungi umat Buddha dari berbagai kalangan, pasalnya selama 5 hari, di Vihara tersebut terdapat 52 anak laki-laki dan 31 anak perempuan mengikuti Pabbajja Samanera dan Upasika Atthanggasila.

Acara tersebut dilaksanalan bertepatan dengan liburan panjang sekolah, sehingga banyak anak-anak mengisi waktu liburan dengan mengikuti pelatihan Pabbajja Samanera dan Upasika Atthanggasila atau melatih diri menjalani kehidupan secara mandiri dan sebagaimana layaknya menjadi seorang Bhikkhu/ Bhikkhuni.

Pada umumnya anak-anak jaman sekarang, mereka hidup dari serba kecukupan, segala kemewahan dengan mudah didapati dan suka dimanjakan kedua orangtua, hingga segala sesuatu kebutuhan mereka selalu tersedia, tanpa mereka mau berusaha sendiri, maka selaku orangtua rela melepaskan putra-putri mereka untuk mengikuti latihan Pabbajja Samanera dan Upasika Atthanggasila yang dilakukan selama 5 hari di Vihara Sakyakirti Jambi.

Walaupun para orangtua rela melepaskan putra-putri mereka untuk dilatih sebagai Pabbajja Samanera (latihan menjadi Bhikkhu) dan Upasika Atthanggasila (melatih jalankan 5 sila Buddha), namun mereka selalu datang ke Vihara untuk mendampingi maupun sekedar melihat perkembangan putra-putri mereka.

Selama 5 hari, mereka dilatih oleh para Bhikkhu/ Bhikkhuni dari Sangha Agung Indonesia di Vihara Sakyakirti Jambi, Jalan Pangeran Diponegoro, kelurahan Sulanjana, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi.

Peserta terdiri dari anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Se-Provinsi Jambi, latihan dilaksanakan selama 5 hari, makna dan tujuan latihan agar anak-anak tersebut tidak menjadi seorang anak yang manja dan dapat menghormati orang yang lebih tua serta menghargai pemberian orang lain.

Selama mengikuti latihan para peserta laki-laki dan perempuan berkewajiban mengikuti peraturan layaknya hidup seorang Bhikkhu/ Bhikhhuni seperti hidup secara mandiri, mulai dari nginap di vihara, bangun pagi membersihkan tempat tidur, mandi, makan, cuci piring, cuci pakaian, semua itu mereka lakukan sendiri.

Lantaran biasanya anak-anak yang mayoritas dari kalangan bawah hingga atas yang hidupnya sehari-hari dimanjakan orangtua, segala sesuatu dengan mudah mereka dapati tanpa memikirkan dari mana datangnya barang tersebut. (Rom)