Tampilkan postingan dengan label Unesco. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Unesco. Tampilkan semua postingan

Jumat, Agustus 05, 2016

Kementerian ESDM RI Adakan Seminar Geopark Di Jambi

JAMBI, Ayojambi.com - Pemerintah Pusat melalui Kementerian ESDM mengadakan seminar dalam rangka mempersiapkan Geopark di Indonesia menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark [Lihat Gambar: Seminar Nasional Geopark].

Dengan mengusung tema seminar : Geopark Klinek Strategi Pengembangan Geopark di Indonesia Pasca Perubahan Global Geopark Network Menjadi Unesco Global, Geopark Melalui Dokumen 38C Unesco.
Gubernur Jambi diwakili oleh Drs.H.Asnawi, AB, MM (Staf Ahli Gubernur Jambi) meresmikan Seminar Nasional Geopark di Shanghai Room, Hotel Abadi Jambi dari tanggal 4 hingga 6 Agustus 2016.

Salah satu poin dalam sambutan Staff Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Tata Ruang Kementerian ESDM, Yunus Kusumah Brata mengatakan, Geopark merupakan manajemen pengembangan kawasan sebagai implementasi NAWACITA Presiden Jokowi: Membangun negara dari pinggiran (desa) dan membangkitkan ekonomi kerakyatan melalui inovasi dan kreatifitas masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan.

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Merangin berkeinginan mengoptimalkan Geopark Merangin sebagai model pembangunan energi. Bahkan mereka sudah mempersiapkan Geopark Merangin menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark. (Romy)
* www.ayojambi.com/

Minggu, Februari 03, 2013

Empat Peninggalan Purbakala Kembali ke Jambi


TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI -  Puluhan tahun berada di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) Palembang, Sumatera Selatan, empat peninggalan purbakala asal Percandian Muaro Jambi akhirnya bisa dikembalikan ke Jambi. Jika tidak ada halangan, keempat peninggalan tersebut akan tiba di Jambi Sabtu (2/2).

PROVINSI Jambi baru berusia 56 tahun. Jauh sebelum terbentuk, pada zaman kolonial Belanda, Jambi merupakan bagian dari Keresidenan Sumatera Bagian Selatan dengan ibukotanya Palembang.
"Pada masa kolonial Belanda, Keresidenan Sumatera Bagian Selatan termasuk Jambi, ibukotanya di Palembang. Oleh karena itu mereka membawa makara-makara tersebut ke sana untuk dimuseumkan. Tapi sekarang bisa dikatakan perjuangan kita berhasil. Hari ini (Jumat, 1/2) sedang berlangsung serah terima benda tersebut di Palembang," kata Darmawati Syar'i, Staf Dokumentasi dan Publikasi, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, Wilayah Kerja Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Kepulauan Bangka Belitung kepada Tribun, Jumat (1/2).

Empat peninggalan purbakala yang dimaksud adalah satu berbentuk Makara, satu berbentuk Arca Gajah dan dua benda berbentuk Padmasana. Semuanya berasal dari kawasan percandian Muaro Jambi.

Menyadari bahwa sudah seharusnya keempat benda tersebut kembali ke Jambi setelah lahirnya Provinsi Jambi, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi mulai melakukan pengkajian dan mencari berbagai referensi yang menguatkan bahwa itu adalah milik Provinsi Jambi. Perjuangan untuk mengembalikan ini semakin menguat pada 1990-an.
"Saat itu Palembang masih bersekukuh karena mereka merasa di sana pusat Sriwijaya. Lalu kita lakukan advokasi hingga akhirnya mereka menyetujui untuk mengembalikan itu ke Jambi," kata Darmawati.
Tapi kembalinya empat benda cagar budaya ini ke Jambi bukan tanpa syarat. Pihak TPKS meminta Pemerintah Provinsi Jambi untuk meninggalkan replikanya di sana. Tentu saja dengan biaya yang ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jambi.
Disebutkan Darmawati, sebanyak tujuh orang pembuat replika asal Jambi diberangkatkan ke TPKS untuk membuat replika itu.

"Ini keinginan Disbudpar Provinsi Jambi. Tugas kami hanya memberi referensi dan memfasilitasinya. Namun bagi kami sendiri, sudah seharusnya itu dikembalikan ke Provinsi Jambi bahkan kalau bisa dikembalikan ke Percandian Muaro Jambi karena disitulah tempatnya. Bukan di TPKS," terangnya.

Terperinci dijelaskan Darmawati bahwa keempat benda cagar budaya yang berasal dari batu andesit tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Namun asalnya sama yakni di kawasan percandian Muaro Jambi.

"Makara semestinya ada di gerbang Candi Gumpung. Kalau Arca Gajah itu sebagai panteon sedangkan Padmasana itu sebagai tempat pemasangan tiang kayu. Keempat benda ini bukan berasal dari Jambi karena bahannya terbuat dari batu andesit. Kemungkinan pada masa itu didatangkan," ungkapnya.
Lantas, setelah keempat benda purbakala ini kembali ke Jambi apa yang akan dilakukan?
Darmawati belum bisa memastikannya. Namun pihaknya berharap itu bisa dikembalikan ke asalnya di Kawasan Percandian Muaro Jambi. Kalaupun ditempatkan di museum baginya tidak mengapa, asalkan keempat benda bersejarah itu bisa dirawat semestinya.

"Yang penting mereka sudah kembali ke Jambi. Rasanya sudah tidak ada peninggalan kita yang ada di Palembang. Tapi kalau di Belanda kemungkinan banyak," katanya.
Penjemputan kembali makara ini dilakukan oleh Disbudpar Provinsi Jambi setelah melalui proses serah terima yang dilakukan di kantor Disbudpar Provinsi Sumatera Selatan.


"Kedatangan kita memang untuk menjemput kembali makara dan artefak lainnya miliki Jambi yang disimpan di Palembang, " Jelas M Toni, Kepala Disbudpar Provinsi Sumsel usai melakukan serah terima penjemputan artefak Jambi di Kantor Dinas Budpar Sumsel, kemarin.

Penjemputan kembali artefak Jambi ini disambut baik Toni karena dinilai bisa menjadi kajian kebudayaan dan memudahkan arkeolog untuk melakukan penelitian.

http://jambi.tribunnews.com/2013/02/02/empat-peninggalan-purbakala-kembali-ke-jambi

Sabtu, Februari 02, 2013

Benda Cagar Budaya Dikembalikan ke Jambi

Team pendiri The Somt yang dimotori oleh tokoh masyarakat Jambi (Hidayat) lakukan perjalanan bersama kakandis Pariwisata Propinsi Jambi, Ir. H, Budidaya, M. For menjemput empat benda purbakala di Sumatera Selatan (Palembang). Selama ini makara tersebut di simpan di gedung museum Palembang. Makara ini merupakan pasangan dari makara Candi Gumpung sebelah kiri. 

Empat benda cagar budaya Jambi yang sudah puluhan tahun tersimpan di Taman Peninggalan Kerajaan Sriwijaya (TPKS) Karang Anyar, Palembang akhirnya kembali ke tangan Provinsi Jambi. TPKS yang diresmikan Soeharto, 22 Desember 1994 lalu, Taman Wisata dan Budaya Kerajaan Sriwijaya.

Serah terima benda purbakala tersebut di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang beralamat di Jalan Demang Lebar Daun. Kav. XI Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Beberapa waktu lalu, antara Gubernur Provinsi Jambi dan Gubernur Sumatera Selatan telah melakukan musyawarah mufakat untuk mengembalikan benda-benda purbakala ke pangkuan anak melayu di Jambi, namun Pemerintah Provinsi Jambi begitu saja mengambil benda cagar budaya yang telah tersimpan di kota pempek, sebagai konpensasi Pemerintah Provinsi Jambi membuat empat duplikat sebagai pengganti.

Sebelum melakukan pemakingan makara terlebih dahulu dilakukan pemberkatan diiringi doa (bresing) oleh  para Bhante Sumatera selatan yang dipimpin oleh Bhikuni Giri Ksanti.

Prosesi pemindahan cukup memakan waktu, sebelum dilakukan pembongkaran Makara dan Arca Gajah yang terletak di dalam Gedung Museum Sumsel, terlebih dahulu dilakukan bresing (pemberkatan yang diiringi doa) dari para bhiksu yang ada di Sumsel (Palembang).

Menurut, Kakandis Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, Ir. H, Budidaya, M. For. Sc, selama ini benda-benda purbakala tersebut berada di Medan dan di Sumatera Selatan karena pada zaman Belanda kedua daerah tersebut merupakan induk pemerintahan Belanda.




"Pada masa kolonial Belanda, Keresidenan Sumatera Bagian Selatan termasuk kawasan Jambi, ibukotanya di Palembang. Oleh karena itu mereka membawa makara-makara tersebut kesana untuk di museumkan. Tapi sekarang bisa dikatakan perjuangan Pemerintah Provinsi Jambi berhasil. Jumat (1/2-2013) kemarin sudah dilakukan serah terima benda tersebut di Palembang," kata Budidaya.

Cara pemindahan cukup menyita waktu dari pukul 10.00 sampai pukul 16.00 sore baru selesai, karena benda-benda yang hendak diangkat cukup berat (sekitar 2.000 kilogram), untuk memindahkan benda tersebut tahap pertama mengunakan alat Chain Block, karena beban yang akan diangkat terlalu berat maka team pemindahan menganti Forklift, sedangkan pemindahan Makara Candi Gumpung dengan mengunakan tenaga manusia.

Seusai pemindahan dari gedung Museum ke truk, maka rombongan kembali ke Jambi duluan, baru menyusul truk pengangkut benda cagar budaya dibawah pengawalan dari anggota TNI Kodam Sriwijaya yang dilengkapi dengan dokumen yang sah untuk menghindari hal-hal yang tidak diingini. (Romy)

Situs Karanganyar Bukti Kejayaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya yang lahir sejak abad VII, wilayahnya meliputi bukan hanya di Nusantara, tetapi juga sudah seluruh Asia Tenggara hingga negeri China. Tetapi, kebesaran kerajaan Sriwijaya tidak banyak diketahui keberadaannya hanya berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
Di Palembang pun, yang diperkirakan sebagai pusat kerajaan Sriwijaya tidak banyak yang bisa ditemukan. Namun, salah satu bukti kebesaran kerajaan Sriwijaya yang masih bisa dinikmati hingga saat ini, yaitu Situs Karanganyar, Gandus Palembang atau sekarang dikenal dengan nama Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS).

Jumat, September 23, 2011

Ribuan Warga Sambut Kedatangan SBY DI Candi Muarojambi

MUARO JAMBI - Ribuan warga menyambut kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) didamping Ibu Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, Kamis (22/9) siang, di kawasan Kompleks Percandian Muarojambi, Desa Muaro Jambi Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muarojambi.
Sepanjang area masuk, ratusan pelajar berjejer rapi sambil membawa bendera merah putih menanti kedatangan orang nomor satu di Indonesia, tepat jam 09.00 iring-iringan kendaraan Presiden SBY memasuki kawasan Candi Muarojambi, anak-anak pelajarpun melambaikan tangan kanan yang membawa bendera merah putih, Presiden SBY-pun membalas dengan lambaian tangan dari dalam mobil kepresidenan RI 1.

Selain itu, tak kalah banyak para warga desa Muaro Jambi berbaur dengan ratusan PNS melihat dari dekat sambil mengabadikan SBY dengan kamera Handphone.

Tampak hadir undangan dari Duta Besar Republik Rakyat China untuk RI, Zhang Qiyue, Benoy K Behl dari India dan para Bhiksu atau Bhiksuni dari Thailand, Bhutan, Taiwan dan Indonesia.

Kunjungan Presiden SBY ke Komplek Percandian Muarojambi, adalah untuk meresmikan Candi Muarojambi, di Kabupaten Muaro Jambi, sebagai Kawasan Wisata Sejarah Terpadu.

Presiden berharap dengan ditetapkannya Muaro Jambi sebagai kawasan wisata sejarah terpadu, akan dapat menjadi peluang yang baik bagi Jambi unuk mengembangkan kepariwisataan di tempat ini serta mengembangkan ekonomi lokal.

Negara Indonesia, jelas Presiden, memiliki sejarah dan kejayaan masa lampau yang besar. “Kita harus bangga bahwa di bumi Indonesia ini pernah lahir peradaban yang maju pada jamannya, dan Indonesia merupakan tempat perpaduan peradaban dunia,” kata SBY.

Diungkapkan Kepala Negara, bahwa peradaban Hindu pernah berkembang di wilayah ini yang merupakan cerminan kebudayaan timur. Peradaban Islam yang juga disebut peradaban Islam dan peradaban dari Timur Tengah juga mewarnai budaya bangsa Indonesia. Kemudian datang peradaban barat bersamaan dengan kolonialisme.

Dalam perkembangannya, jelas SBY, berbagai peradaban itu mengalami proses pembentukan yang relatif damai dalam pembantukan peradaban Nusantara. Berbagai nilai-nilai termasuk nilai-nilai lokal ikut membentuk our civilization Indonesia saat ini. Ia mengajak semua pihak untuk menghormati masa lalu itu. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati masa lalunya, nilai-nilai dan peradabannya," ujar SBY.

Sebelum meninggalkan lokasi candi, Presiden SBY berkesempatan menanam pohon di area situs Candi Muaro Jambi. Presiden menanam pohon Bodhi sedangkan Ibu Negara menanam pohon Sala. (Romy)