Rabu, Februari 23, 2011

Diskusi Ilmiah Arkeologi ke-XXVIII

* Candi Muaro Jambi Sebagai Warisan Budaya
JAMBI - Diskusi Ilmiah Arkeologi ke-XXVIII yang sedianya akan dilaksanakan tahun 2010 kemarin, akhirnya terlaksana, Selasa (22/02) pagi. Bertempat di Kerinci Room Hotel Grand Abadi, Jambi, para ahli arkeologi se-Indonesia berkumpul untuk membahas agenda tahunan tersebut.
Pada kesempatan tersebut diskusi difokuskan untuk memberdayakan percandian Muaro Jambi sebagai warisan budaya.

Staff Ahli Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Multikultur, Hari Untoro Drajat mengatakan, untuk mewujudkan warisan budaya ini ada tiga aspek yang harus dilakukan yaitu perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan situs.

Dalam hal ini pemberdayaan masyarakat menjadi prioritas. Sesuai dengan tema diskusi saat itu "Kawasan Percandian Muara Jambi Menuju Warisan Budaya: Pemberdayaan Masyarakat", maka dalam hal ini peran masyarakat sekitar penting.

Diharapkan masyarakat sekitar candi ikut terlibat dalam perlindungan, pengembangan, dan perawatan situs. Hal ini akan jauh lebih efektif, selain candi dapat terpantau, masyarakat sekitar juga akan mendapat lahan pekerjaan yang menjajikan.

Saat ini pemugaran candi masih terus dilakukan. Bahkan untuk komplek candi Kedaton sedang dilakukan penggalian situs di sekeliling candi utama. Penggalian dimulai Senin lalu (21/02) dan direncanakan selesai Sabtu depan.

Menurut staff BP3 Jambi, Agus, pemugaran akan terus dilakukan secara bertahap. Saat ini penggalian dilakukan disekitar candi Kedaton utama. "Sambil menggali, penelitian akan terus dilakukan," jelasnya.

Diskusi hari ini berlangsung selama lebih kurang lima jam, dimulai pukul 09.00. Setelah diskusi selesai peserta mendatangi kompleks percandian Muaro Jambi untuk menyaksikan langsung proses penggalian.

Acara kali ini dihadiri Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), perwakilan Dinas Pariwisata Jambi, perwakilan Dinas Pemuda dan Olah Raga Jambi, serta Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Aceh, Riau, Medan, Yogyakarta, dan Jawa Tengah.

Hadir pula komunitas Budhisme Jambi, Tokoh Pemuda Desa Muara Jambi, tokoh akademisi, serta The Society of Muaro Jambi Temple (The SOMT).