Minggu, April 04, 2010

Perayaan Ceng Beng (Qing Ming)

JAMBI – Sejak dini hari, warga Tionghoa telah berdatangan ke kuburan untuk mengelar perayaan Ceng Beng atau berziara ke makam orangtua, keluarga maupun leluhur yang telah wafat, perayaan Ceng Beng adalah untuk mengingat segala jasa-jasa almarhum-almarhumah yang telah tiada.

Perayaan Ceng Beng setiap tahun jatuh pada tanggal 5 April (Sa Swee Cap It imlek), artinya Ceng Beng, adalah Ceng berarti bersih, Beng berarti terang. Dimana pada hari tersebut orang Tionghoa berziarah ke makam orangtua maupun leluhur mereka, dengan membersihkan makam, berdoa dan sembahyang sesuai agama kepercayaan dan dengan caranya masing-masing. Diatas makam diletakkan kertas kuning kecil memanjang.

Minggu (4/3), sejak dini hari, berduyun-duyun warga Tionghoa pada berdatangan ke pemakaman km 7 yang terletak di Jalan Pattimura, kelurahan Rawasari, kecamatan Kotabaru, Kota Jambi. Tahun ini terlihat lebih ramai dari tahun kemarin, pasalnya menurut beberapa warga yang berziarah, tahun ini bagus untuk berziarah.

Asal usul Ceng Beng menurut catatan terdapat dua opini: kisah pertama, mengisahkan seorang yang bernama Cu Guan Ciang (Zhu Yuan Zhang) pendiri dinasti Ming, ia lahir dari keluarga yang sangat miskin. Agar tidak mati kelaparan ia diserahkan oleh orang tuanya pada sebuah kuil untuk dipelihara.

Pada suatu ketika Cu Guan Ciang menjadi raja, Cu Guan Ciang tidak mengetahui dimana letak makam leluhurnya, maka pada hari yang ditentukan, ia memerintahkan semua rakyat untuk melakukan berziarah dan sembahyang dimakam masing-masing leluhurnya dan memberi tanda dengan kertas kuning diatas makam tersebut sebagai makam leluhurnya. Maka pada makam yang tidak ada tanda-tanda kertas kuning itu dianggap Cu Guan Ciang adalah makam leluhurnya.

Openi kedua yaitu, Sebenarnya tradisi Qing Ming itu sudah ada sejak jaman dahulu kala (sejak dinasti Zhou) dan awal mulanya adalah suatu upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian. Pertanda berakhirnya hawa (bukan cuaca) dingin dan mulainya hawa panas. Dan ada satu syair kuno yaitu "Sehari sebelum Qing Ming tidak ada api" atau yang sering disebut Han Se Jie.

Ini menandakan Qing Ming adalah awal panas. Tapi selain itu juga menyangkut kisah Jie Zhi Tui yang mati terpanggang karena ulah Jin Wen Gong yang ingat akan budinya dan memaksa Jie keluar sedangkan Jie takut dibunuh oleh bekas junjungannya. Jie mati terbakar dalam posisi menutupi tubuh ibunya. Sejak itu Jin Wen Gong memakai bakiak dan mengganti nama gunung tempat Jie terbakar menjadi gunung Jie dan menguburnya di pohon Liu yang mati meranggas. Serta memerintahkan kepada seluruh rakyatnya agar pada 1 hari sebelum Qing Ming tidak menyalakan kompor sehingga rakyatnya memakan makanan yang dingin (Han Se).

Pada hari akhir Ceng Beng, makam yang tidak diziarahi, maka panitia sembahyang diselenggarakan oleh panitia atau lembaga yang mengurusi tanah makam tersebut. Ziarah dimakam bisa dilakukan 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah Ceng Beng. (rom)