Kamis, Maret 04, 2010

Po Un Untuk Memohon Keselamatan

JAMBI –Hampir disetiap klenteng menggelar prosesi Po Un, ritual tersebut sudah menjadi salah satu tradisi bagi warga Tionghoa. Tradisi tersebut sudah ada sejak jaman nenek moyang masyarakat Tionghoa, meskipun ada perbedaan dalam tatacara pelaksana di masing-masing klenteng, namun tujuanya sama yakni untuk meminta keselamatan.

Menurut Ketua Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) klenteng “Sai Che Tien”, The Kien Peng (Darmadi Tekun), berlokasi di Rt. 02 Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, bahwa “Ritual ini bertujuan untuk meminta keselamatan dengan membawa pakaian yang akan digunakan oleh umat yang ikut dalam ritual po un”.

Tambah Darmadi, “Po Un adalah salah satu tradisi yang telah mendarah daging dikalangan umat Khonghucu. Jadi, warga Tionghoa yang beragama Khonghucu selalu menggelar ritual tersebut di klenteng-klenteng setiap tahun”. katanya.

Selanjutnya bahwa dari beberapa ritual yang telah dilakukan di klenteng, ada perbedaan pelaksanaan dari masing-masing klenteng, namun tujuannya sama yakni memohon keselamatan. “Ada beberapa shio yang bertentangan dengan shio Macan yang jatuh tepat pada 2010 ini. Maka, orang yang memiliki shio yang bertentangan tersebut harus ikut dalam ritual Po Un ini,” katanya.

Bahwa ritual tersebut sudah dilakukan sejak ribuan tahun silam (sebelum masehi) oleh umat Khonghucu di China. Sehingga untuk mempertahankan ritual tersebut, sampai saat ini warga Tionghoa tetap menggelar acara tersebut. Mereka percaya bahwa setiap orang yang lahir memiliki chiong/ kias dari masing-masing shio. Maka chiong inilah yang harus dicocokkan dengan shio setiap orang dan shio setiap tahunnya, tahun ini adalah siho Macan tanah yang chiong dengan shio Monyet.

Dalam tradisi Tionghoa kuno dikenal sebuah upacara Po Un. Banyak kalangan salah tafsir dikira sama dengan Ci Suak. Padahal dua hal yang berbeda sama sekali. Po = menambah, Un = Un Gie = energi (menambah energi). Karena itu mestinya dilakukan hanya pada orang yang habis kena jiong (sengkala).