JAMBI - Hari Suci Waisak menjadi salah satu hari yang penting untuk diperingati oleh umat Buddha karena memperingati tiga peristiwa yang dialami oleh Buddha Gotama pada bulan purnama yaitu :
1. Kelahiran Pangeran Siddharta Gotama pada tahun 623 SM di Taman Lumbini.
2. Pangeran Siddharta mendapat Penerangan Sempurna menjadi Buddha pada tahun 588 SM di Hutan
3. Buddha Gotama mencapai Parinibbana (wafat) pada tahun 543 SM di Kusinara.
Puncak pelaksanaan Waisak 2553/BE yang jatuh pada 9 Mei 2009 mendatang, seperti tahun-tahun yang lalu, Vihara Sakyakirti Jambi di Jalan Diponegoro Nomor 60 Kota Jambi. Kemarin (3/5).
Menyambut Perayaan Waisak secara sederhana di Candi Muaro Jambi sudah rutin diadakan oleh umat Buddha Vihara Sakyakirti Jambi sejak tahun 1992 sebagai upaya ikut melestarikan peninggalan sejarah Agama Buddha di Jambi melalui pelaksanaan ritual puja keagamaan seperti Prosesi mengelilingi Candi dan Puja Bhakti. Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan kembali getaran-getaran suci di lokasi Candi Muaro Jambi sebagai tempat melaksanakan ritual-ritual keagamaan dan pemujaan terhadap keagungan Sang Buddha di masa lalu.
“Diperkirakan umat Buddhis yang mengikuti perayaan hari besar Waisak di Candi Muaro Jambi, mencapai ribuan orang. Makanya, panitia jauh-jauh hari telah mempersiapkan 23 unit mini bus untuk mengangkut ribuan umat, belum termasuk kendaraan milik umat sendiri.
Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) memilih kawasan Candi Muarojambi, Provinsi Jambi sebagai tempat penyelenggaraan Hari Raya Waisak 2553/BE tahun 2009. Ini merupakan peringatan Waisak dan mengingat masa kejayaan Sriwijaya dimasa lampau.
MBI memandang perayaan Wisak Nasional di Candi Muarojambi bukan sebagai tandingan perayaan waisak di tempat lain tapi merupakan suatu kebhinnekaan, dan keberagaman. Karena, Candi Muaro Jambi merupakan warisan budaya yang luar biasa masa peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tak kalah agungnya dengan Candi Borobudur dan candi lain yang ada di Jawa.
Candi Muaro Jambi yang terletak di bantaran Sungai Batanghari atau sekitar 30 km arah timur Kota Jambi juga merupkan situs purbakala terluas di Indonesia yaitu lebih kurang 12 Km2 atau sepuluh kali luar Borobudur. Candi Muaro Jambi peninggalan sejarah masa Sriwijaya yang menjadi saksi bisu yang pernah ada kerajaan besar.
Menurut legenda asal muasal perayaan Waisak, dimulai dari lahirnya seorang bayi suci pada bulan Waisaka di tahun 623 SM, di taman Lumbini, bumi bergetar, bunga-bunga bermekaran dan dari langit tumpah air suci yang langsung membasuh tubuh Sang bayi diiringi nyanyian dari surgawi, sungguh sebuah kelahiran maha agung. Kelahiran seorang calon guru Agung. Inilah kisah pertama dari Trisuci Waisak.
Lahir, tumbuh dewasa dengan bergelimang harta kekayaan dan kemashyuran sebagai seorang putra mahkota kerajaan Kapilavastu yang didampingi oleh seorang istri yaitu Putri Yasodhara dan seorang anak yaitu Rahula. “Apa arti hidup ini jika semua harus berakhir seperti ini ?” demikian pertanyaan yang muncul setelah beliau melihat orang sakit, orang tua dan orang mati. Dengan melihat seorang pertapa maka tumbuhlah tekad Beliau untuk mencari obat bagi penderitaan yang begitu mengerikan baginya.
Beliau pergi meninggalkan istana, keluarga, harta dan kemashyuranNya. Keluar masuk hutan, berguru kepada beberapa guru utama, hingga akhirnya bertapa selama enam tahun dengan cara yang sangat ekstrim. Untaian kecapi mencerahkanNya, beliau sadar bahwa menyiksa diri itu salah, dan mulailah beliau menempuh jalan tengah dan pada bulan Waisaka, tahun 588 SM, di hutan uruvela, Sidharta mencapai kebodhian. Lepaslah segala kemelekatan dan nafsu-nafsu duniawi, Sidharta menjadi Buddha-Yang Tercerahkan, Yang Maha Sempurna. Inilah kisah kedua dari Trisuci Waisak. (Rom)