SINGAPURA, KOMPAS.com - Orang yang suka "bermain" seks online mungkin harus berhati-hari dan belajar dari sejumlah kasus pria Singapura yang menjadi korban pemerasan seksual.
Data pihak kepolisian Singapura tahun 2012 menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus pemerasan seksual terhadap pria Singapura. Mayoritas pelaku pemerasan merupakan perempuan asing yang tinggal di negeri kota itu. Kasus pemerasan meningkat hampir 5 kali lipat dari 11 kasus di tahun 2011 menjadi 50 kasus di tahun 2012 lalu.
Perempuan pemeras biasanya akan memulai aksinya dengan memulai perkenalan dengan calon korbannya melalui jejaring sosial seperti Facebook atau website Tagged.com. Setelah sejumlah tahap perkenalan, pelaku mulai menggoda korban dengan mengajak untuk menggunakan webcam dan kemudian menginisiasi cybersex dengan tampil tanpa sehelai kain pun di kamera.
Tentu saja, perempuan itu rela "menjual" harga dengan tujuan utama meminta korban untuk ikut melepaskan pakaiannya di kamera atau menampilkan atraksi sensual. Tanpa disadari korban, pelaku merekam proses di webcam itu dan kemudian menggunakannya sebagai senjata untuk memeras. Dengan mengancam akan menyebarkan video tersebut, para perempuan licik itu mengeruk kantung korbannya perlahan-lahan dan terus meningkatkan jumlah uang yang diminta.
Kepolisian Singapura mengingatkan untuk bersikap lebih hati-hati ketika melakukan percakapan online dengan webcam. Jangan coba-coba "menjual" diri anda dengan menampilkan hal yang tidak perlu ditampilkan yang berpotensi merugikan terutama terhadap orang asing yang baru dikenal. Kepolisian menyadari korban jarang melaporkan karena malu dengan peristiwa itu, Namun, dianjurkan kepada korban untuk segera melaporkan jika terjadi pemerasan. Kepolisian akan segera menindak lanjut.
http://internasional.kompas.com/read/2013/02/14/06111995/
Perempuan pemeras biasanya akan memulai aksinya dengan memulai perkenalan dengan calon korbannya melalui jejaring sosial seperti Facebook atau website Tagged.com. Setelah sejumlah tahap perkenalan, pelaku mulai menggoda korban dengan mengajak untuk menggunakan webcam dan kemudian menginisiasi cybersex dengan tampil tanpa sehelai kain pun di kamera.
Tentu saja, perempuan itu rela "menjual" harga dengan tujuan utama meminta korban untuk ikut melepaskan pakaiannya di kamera atau menampilkan atraksi sensual. Tanpa disadari korban, pelaku merekam proses di webcam itu dan kemudian menggunakannya sebagai senjata untuk memeras. Dengan mengancam akan menyebarkan video tersebut, para perempuan licik itu mengeruk kantung korbannya perlahan-lahan dan terus meningkatkan jumlah uang yang diminta.
Kepolisian Singapura mengingatkan untuk bersikap lebih hati-hati ketika melakukan percakapan online dengan webcam. Jangan coba-coba "menjual" diri anda dengan menampilkan hal yang tidak perlu ditampilkan yang berpotensi merugikan terutama terhadap orang asing yang baru dikenal. Kepolisian menyadari korban jarang melaporkan karena malu dengan peristiwa itu, Namun, dianjurkan kepada korban untuk segera melaporkan jika terjadi pemerasan. Kepolisian akan segera menindak lanjut.
http://internasional.kompas.com/read/2013/02/14/06111995/