Minggu, Februari 20, 2011

Kunjungan Team The SOMT Ke Nalanda

JAMBI – Salah satu langka yang pantas diacungkan jempol untuk Masyarakat Peduli Candi Muaro Jambi/ The Society Of Muaro Jambi Temple (The SOMT), sesuai dengan komitmen dan pengarahan Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus sebelum taem berangkat ke Nalanda.
Berikut hasil laporan team The SOMT kepada Gubernur Jambi, Kamis malam (17/2-2011) sebagai berikut:
Kaitan Budaya Nalanda dengan Muara Jambi (Nusantara)
1. Latar Belakang
Prasasti Nalanda merupakan sebuah prasasti yang dituliskan pada lempengan tembaga. Ditemukan di runtuhan wihara di Nalanda, Negara Bagian Bihar, Uttar Pradesh, India. Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Dewapaladewa, seorang raja yang menggantikan Raja Dharmapala yang mangkat pada tahun 878 Masehi.

Prasasti Nalanda ditulis dalam bahasa Sansekerta dengan aksara Pallawa, dan tidak mempunyai angkatahun. Berdasarkan penyebutan nama raja yang mengeluarkannya, prasasti ini diduga ditulis sekitar abad ke-9 Masehi.

Isinya tentang pendirian bangunan biara di Nalanda oleh raja Balaputradewa, raja Sriwijaya yang menganut ajaran Buddha Mahayana. Selain itu disebutkan juga kakek Raja Balaputradewa yang dikenal sebagai raja Jawa dan bergelar Sailendrawamsatilaka Sri Wirawairimathana atau “permata keluarga Sailendra pembunuh musuh-musuh yang gagah perwira”. Ia mempunyai anak yang bernama Samaragrawira yang kawin dengan Tara, anak raja Dharmasetu dari Somawangsa. Disebutkan juga permintaan kepada Raja Dewapaladewa untuk memberikan tanah-tanahnya sebagai sima untuk biara yang dibangunnya.

2. Alasan
Berdasarkan isi prasasti tersebut, ada dua hal yang perlu dikemukakan, yaitu:
1. Pembangunan vihara atau biara.
2. Bidang tanah sima (tanah bebas pajak) yang hasilnya untuk kelangsungan hidup vihara yang dibangunnya.

Dari kedua hal tersebut, selanjutnya timbul pertanyaan, apakah vihara yang dibangun itu mempunyai teknik bangunan sama seperti cara membangun vihara-vihara yang terdapat di Jawa atau Sumatra, tempat Balaputradewa memerintah/ berasal. Demikian juga hiasan bangunan serta gaya seni arca yang mungkin terdapat dalam vihara tersebut.

Sebagaimana diketahui, Nalanda merupakan pusat pengajaran Buddha yang dikenal oleh berbagai kerajaan di Asia Tenggara hingga Tiongkok. Ke Nalanda para bhiksu belajar untuk memperdalam ajaran Buddha. Dapat dibayangkan bahwa di Nalanda terdapat banyak bangunan baik vihara maupun asrama. Seperti yang dilakukan Balaputradewa, boleh jadi raja-raja tersebut juga membuat vihara untuk bhiksu yang dikirimnya. Pertanyaannya, mengapa hanya kebajikan (dharma) dari Balaputradewa saja yang diabadikan dalam prasasti?

Berdasarkan data arkeologis dan data sejarah yang sampai kepada kita, di Indonesia tempat yang fungsinya agak mirip dengan di Nalanda dan kira-kira sejaman adalah Situs Muara Jambi. Di situs tersebut terdapat runtuhan bangunan suci dan terdapat petunjuk adanya pemukiman asrama.

Di Indonesia, khususnya di Jawa menghadiahkan tanah bebas pajak (sima) untuk kelangsungan hidup sebuah atau sekelompok bangunan suci, adalah hal yang biasa. Bahkan sampai sekarang pun, kebiasaan menghadiahkan tanah untuk kelangsungan hidup sebuah pesantren (tanah wakaf) masih dilakukan. Untuk kebiasaan seperti ini apakah ada di India pada waktu Nalanda masih berfungsi sebagai pusat pengajaran Buddha.

3. Tujuan Kunjungan
Berdasarkan alasan tersebut, maka kunjungan ke Situs Nalanda adalah berusaha mengetahui:

1. Adalah unsur budaya materi dari Nusantara yang “membekas” di Nalanda ataukah sebaliknya ?

2. Vihara/ asrama mana dalam kompleks Nalanda yang dibangun oleh Balaputradewa?

3. Bagaimana dengan unsur budaya materi yang terdapat pada bangunan vihara yang konon dibangun oleh Balaputradewa?

4. Apakah di Nalanda ada kebiasaan menetapkan bidang tanah bebas pajak untuk kelangsungan hidup vihara dan asrama.

5. Siswa atau bhiksu yang belajar ke Nalanda sudah barang tentu tidak “menyebarkan” budaya dari negeri asalnya, tetapi sebaliknya mereka kembali ke tempat asalnya meyebarkan budaya yang terdapat di tempatnya mereka belajar. Dari logika ini, budaya materi apa yang dibawa oleh para siswa/bhiksu yang pernah belajar di Nalanda.

Mengingat di Sumatra dan Jawa banyak ditemukan arca dari berbagai gaya seni di India, untuk itu perlu dilihat dan dikaji gaya seni arca yang terdapat di Nalanda. Melalui gaya seni ini dapat diketahui sampai seberapa jauh hubungan Nusantara dan Nalanda.

4. Sasaran Pengamatan
Guna mendapatkan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka tempat-tempat yang dikunjungi adalah:

a. Museum Nasional di Delhi untuk melihat berbagai gaya seni arca di India
b. Daerah sekitar Nalanda guna mengetahui tanah-tanah bebas pajak seperti yang disebutkan dalam prasasti.

c. Bodh Gaya (tempat Buddha mendapat Pencerahan) yang mestinya juga dikunjungi oleh para penziarah.

d. Kunjungan ke Museum Nalanda sangat diperlukan karena untuk melihat dan mengamati artefak-artefak yang ditemukan dari runtuhan vihara/asrama di Situs Nalanda.

5. Peneliti
Dalam rangka pengumpulan data arkeologi kaitannya hubungan budaya antara Muara Jambi dan Nalanda, peneliti yang akan ke Nalanda adalah:
1. Bambang Budi Utomo, peneliti arkeologi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Badan Pengembangan Sumberdaya, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

2. Nina Setiani, spesialis ikonografi (seni arca) dan staf Biro Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

6. Waktu Pelaksanaan
Kunjungan pengumpulan data ke India (Delhi dan sekitar Nalanda) dilakukan selama 10 hari (termasuk perjalanan dari dan ke Nalanda) pada tanggal 5-14 Februari 2011.

Jakarta, 6 Januari 2011


Bambang Budi Utomo

http://ayojambi.com/
http://www.banyurawa.com/
http://tradisi-jambi.blogspot.com/
http://multmedia.multiply.com/
http://informasi-mediakita.blogspot.com/
http://multi-nusantara.blogspot.com/
http://komunitas-jambi.blogspot.com/
http://media-fotografers.blogspot.com/
http://multi-video.blogspot.com/
http://www.videoku.tv/Multimedia/
http://www.youtube.com/my_videos