Kamis, Maret 18, 2010

Yang Tersisa Dari Kejurnas Xiangqi

JAMBI - Tidak terasa Kejuaraan Nasional Xiangqi Ke-X yang dilaksanakan 12-16 Maret 2010 telah berlalu, masing-masing peserta Kejurnas telah kembali ke daerahnya dengan membawa berbagai kenangan.

Ada yang gembira dengan prestasi yang telah dicapai, namun ada juga yang merasa kecewa atas penyelenggaranya acara tersebut, berikut komentar dari kontestan peserta Kejurnas Xiangqi Ke-X diantara dari Sekretaris Pengpprov PEXI Jawa Tengah, Tina Suryani, SH. MH. MBA. MNX dan Iwan Setiawan Juara World Xiangqi Championship/ Kejuaraan Xiangqi Dunia ke-XI di Kota Xin Tai, Provinsi Shandong, China tahun 2009.

Menurut Tina Suryani selaku Manager Team Jateng, apa saja yang dilihat dalam pelaksanaan Kejurnas kali ini, sesuai atau tidak antara proposal ke 1 yang dikirimkan pada tanggal 4 Januari 2010 dan kemudian menjadi proposal 1 Februari 2010 dan pelaksanaan pertandingan Kejurnas Xiangqi X yang dilaksanakan baru-baru ini di Hotel Batavia, Jakarta, seperti.
Jenis pertandingan :
Proposal 1 : Junior putra U-18 (usia dibawah 18) dan Perorangan putri.
Proposal 2 : Junior (tanpa batasan jenis kelamin) usia kurang dari 17 tahun pada 12 Maret 2010 dan Perorangan putri (tanpa batasan usia). Namun fakta dilapangan pelaksanaan cukup berbeda yaitu : untuk Junior hanya putra ada batasan usia menjadi 17 tahun kebawah, akibatnya atlit Jabar yang usianya lebih dari 17 tahun ditolak, tetapi ada atlet titipan dari Sumsel yang masuk ke Provinsi Bali sudah berusia 17 tahun lewat 8 bulan diperboleh main.

Selain itu dalam Teknis Pertandingan :
Pada proposal 1 : pertandingan dengan mengunakan Swiss 9 babak dan proposal 2 juga mengunakan sistim Swiss 9 babak, ternyata dalam pelaksanaan : Menjadi 7 babak dan 2 babak mengunakan sistim gugur yang kata menurut peraturan World Xiangqi Federation dan Asian Xiangqi Federation juga, tapi tidak sesuai dengan proposal yang beredar ke Pengda PEXI dan tidak ada pemberitahu dan copy peraturan itu sebelumnya. Dirubah panitya.??

Pada babak ke 8 dan 9, saat diminta copyan hasil pertandingan ke panitia, dengan alasan
tinta printer habis. Nanti saja di hasil akhir. Sehingga para peserta tidak bisa menghitung
hasilnya pertandingan, pasrah kepada panitya.

Selanjutnya menurut Tina Suryani pada proposal 1 setiap pemain mesti memiliki ktp dimana atlit tersebut mewakili daerah itu, bertanggal sebelum 11Februari 2010, tahu-tahu di proposal ke 2 tidak ada lagi persyaratan tersebut. secara tidak langsung ada penawaran pemain extra yang bisa membantu daerah yang kekurangan atlet.

Saya sebagai Sekretaris Pengprov Jateng merasa sedih dengan masa depan Pexi Daerah apabila tidak dilakukan pembenahan peraturan-peraturan yang ada, perbaikan demi kemajuan Pexi Indonesia tentunya. Pengurus PB PEXI juga kami semua belum tahu, karena organisasi olahraga bukan merupakan Perusahaan Pribadi, tapi milik kita semua yang mencintai Xiangqi dan berharap kemajuan dimasa mendatang dengan penerus generasi muda tangguh.

Mari kita bersama memikirkan apa saja yang sebaiknya dilakukan untuk Pexi, semoga Tuhan memberkati kita semua. Amin. Tertanda Tina Suryani, SH. MH. MBA. MNX
Sekretaris Pengprov. Jateng .

Selain itu menurut Juara World Xiangqi Championship/ Kejuaraan Xiangqi Dunia ke-XI di Kota Xin Tai, Provinsi Shandong, China tahun 2009, Iwan Setiawan, bahwa Kejurnas yang paling besar menghabiskan biaya, namun diselenggarakan dengan asal-asalan, terutama sistem pairingnya. (team)