Rabu, Mei 20, 2009

Rayakan Waisak dengan Ritual Pemandian Rupang Buddha

JAMBI - Seminggu setelah perayaan Tri Suci Waisak yang jatuh hari Sabtu (9/5) lalu, para penganut Buddha di Kota Jambi memadati Yayasan Amitabha Jambi, Kota Jambi (17/5) pagi tadi.
"Kami melakukan sembahyang Waisak bersama keluarga," kata Lily, seorang umat Buddha Kota Jambi usai melakukan peribadatan kepada ayojambi.com, pagi tadi.
Ia mengatakan, seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap perayaan Waisak selalu bersama keluarga mengikuti perayaan Waisak diberbagai vihara," ujarnya.
Seusai doa (liam keng), dilanjutkan dengan ritual mandi rupang Buddha, hingga kebaktian Nien Fo.
Mandi rupang memperingati hari kelahiran Pengeran Sidharta di Taman Lumbini pada hari purnama bulan Waisak, 623 SM, maka para dewa menyirami Bodhisatva dengan air surgawi dan selanjutnya Bodhisatva berjalan tujuh langkah kedepan terus Bunga-bunga Teratai bermunculan dari tanah di bawah setiap jejaknya yang artinya terpenuhi harapannya. bahwa makna Pemandian Rupang Buddha adalah untuk mengingatkan kembali hari kelahiran Bodhisatva (Pangeran Siddharta) di Taman Lumbini pada hari purnama bulan Waisak, 623 SM dan saat Ratu melahirkan Pangeran Siddharta para dewa menyirami Bodhisatva dengan air surgawi. Selain itu agar kita selalu mengingatkan ajaran sang Buddha serta membersihkan diri kita seperti Pangeran Sidharta Gotama.
Selain itu menurut sejarahnya, ketika dilahirkan ke atas dunia ini, sang Buddha langsung berjalan tujuh langkah kedepan. Istimewanya, setiap langkahnya selalu ditumbuhi bunga teratai.
Prosesi Pemandian Rupang Buddha dilakukan Yayasan Buddha Amitabha Jambi, dibilangan Halim Perdana Kusuma, Rt. 07, Nomor 08 Kelurahan Sungai Asam, Kecamatan Pasar Jambi sukses dan ritual pemandian Rupang Buddha dipimpin langsung oleh Bhiksu Wu Wen Fa She berasal dari Malaysia.
Menurut penuturan Pengurus Yayasan Amitabha, Asiang, bahwa di permandian rupang Buddha di Yayasan Amitabha dilakukan setelah hari Waisak, sedangkan tujuan dan makna pemandian rupang adalah agar diri kita senantiasa bisa mengikuti ajaran-ajaran Sang Buddha, jangan jadi orang yang egois, angkuh dan menjadi orang yang sombong maupun mementingkan diri sendiri dengan cara mengorbankan orang lain, karena apa yang kita nikmati diatas dunia ini merupakan titipan dari Sang Pencipta Alam Semesta. (Rom)