JAMBI - Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) kembali menerkam dua pembalak liar hingga tewas. Dalam
Dengan tewasnya dua pembalak tersebut, berarti telah delapan orang yang menjadi korban terkaman harimau sumatera. Sebagian besar dari mereka adalah pembalak dan perambah liar dari luar Jambi. Mereka beroperasi di
Karena itu, menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jambi Didy Wurjanto, rentetan peristiwa konflik harimau dan manusia telah membuka mata untuk pihaknya mengetahui secara lebih jelas akan parahnya aktivitas pembalakan liar di hutan produksi ini.
"Setelah kami cek, ada lebih dari 20 sawmill beroperasi dalam satu lokasi saja. Semua kayu curian dialirkan lewat kanal-kanal gambut. Padahal, kanal tersebut merupakan sumber air minum bagi harimau. Kami menduga, harimau merasa terusik oleh aktivitas manusia di hutan yang merupakan teritorinya tersebut," tutur Didy.
Mengenai banyaknya kasus harimau menerkam manusia belakangan, dilihat Dolly Priatna, Co-Project Manager Zoological Society of London (ZSL) Indonesia Project, lebih sebagai bentuk upaya beradaptasi dengan perubahan dalam hutan sebagai hunian mereka. Harimau sebenarnya cenderung menjauh dari wilayah manusia.
Namun, belakangan ini terjadi perubahan sifat pada harimau, dari semula menghindari manusia dalam aktivitasnya, kini menjadi tidak takut dan lebih mampu berinteraksi dengan manusia. Hal ini diduga terkait dengan makin padatnya manusia merambah dan membalak dalam hutan.
"Ketika tidak ada lagi hutan yang tidak ada manusianya, harimau mau tidak mau harus berinteraksi dengan manusia," tuturnya. (ITA/Kompas)